Article 1
Banjir Jakarta
DALAM dua bulan akhir ini Jakarta telah dilanda dua
kali banjir besar. Berdasarkan berita surat kabar banjir yang pertama pada
permulaan bulan Januari genangannya lebih dalam, tetapi luasnya lebih kecil,
daripada banjir yang kedua pada bulan Februari ini. Keduanya menyebabkan
kerugian dan penderitaan yang besar pada rakyat. Pada banjir yang kedua daerah
elite pun, seperti Jl. Thamrin, tidak luput dari genangan.
Badan Meteorologi dan Geofisika memprakirakan masih
akan ada hujan besar lagi dalam bulan Maret. Akankah Jakarta kena banjir lagi?
Penyebab banjir di Jakarta tidaklah sederhana, melainkan rumit. Sebagian
penyebab itu bersifat alamiah dan sebagian lagi dampak perbuatan manusia.
Keduanya saling berinteraksi.
Jakarta terletak di daerah dataran rendah dengan topografi yang landai. Letak
Jakarta di tepi pantai laut dan hanya sedikit saja di ataspermukaan laut. Ini
nampak dengan jelas di jalur jalan tol Prof. Sedyatmo. Pada waktu tidak banjir
pun permukaan rawa bakau terletak di bibir jalan permukaan jalan. Beberapa
sungai bermuara di dan di sekitar Jakarta. Sungai Ciliwung malahan mengalir di
tengah kota. Karena topografi yang landai itu air sungai tidak dapat mengalir
dengan cepat ke laut. Lagi pula kecepatan aliran air sungai itu terhambat pada
waktu air laut pasang. Aliran air sungai yang lambat dan letak Jakarta yang
rendah mempermudah terjadinya banjir.
Sungai di Jakarta, seperti Ciliwung, banyak berkelok.
Suatu hal yang normal pada sungai di dataran rendah. Kelokan yang banyak menghambat
aliran sungai, sehingga waktu debit air besar, air itu mudah meluap. Terjadilah
banjir. Masalah ini dapat diatasi dengan normalisasi sungai, yaitu meluruskan
alur sungai. Secara teknis ini tak sulit. Tetapi masalah sosial-ekonominya
besar, yaitu memerlukan memindahkan banyak permukiman.
Laju erosi di DAS sungai-sungai yang mengalir di dan
di sekitar Jakarta adalah tinggi. Ini nampak dari warna air sungai yang cokelat
pekat yang menunjukkan kandungan lumpur yang tinggi. Dengan aliran sungai yang
lambat banyak lumpur yang mengendap sehingga terjadi pendangkalan
sungai-sungai. Pendangkalan oleh lumpur erosi diperparah lagi oleh sampah yang
banyak dibuang ke sungai. Dengan adanya pendangkalan itu volume alur sungai
berkurang. Masalah ini diperparah lagi dengan sampah yang banyak menyumbat
sungai dan got.
Pendangkalan merupakan faktor penyebab banjir, karena volume air yang dapat
tersalurkan melalui alur sungai berkurang sehingga lebih mudah meluap. Dengan
lain perkataan makin mudah terjadi banjir. Masalah ini dapat dikurangi atau
diatasi dengan mengeruk sungai dan membuat atau mempertinggi tanggul. Tetapi
karena laju erosi tetap tinggi, pengerukan itu harus terus-menerus dilakukan.
Jika laju pengerukan lebih rendah daripada laju pendangkalan, tanggul harus terus
dipertinggi. Akhirnya, kota akan terletak di bawah sungai, seperti halnya
banyak desa dan kota di sepanjang Cimanuk dan Bengawan Solo. Bahayanya ialah
apabila terjadi banjir besar dan tanggul jebol. Malapetakalah yang menanti.
Cara lain ialah membuat saluran banjir (banjir kanal) baru di barat dan timur
Jakarta untuk menyalurkan air sungai dengan cepat ke laut.
DENGAN makin banyaknya pembangunan, makin banyak
permukaan tanah yang tertutup oleh jalan, beton dan perumahan. Menurut berita
koran-koran luas taman di Jakarta telah berkurang. Karena itu laju peresapan
air ke dalam tanah menurun. Daerah situ (danau) yang dulu banyak terdapat di
daerah dan di sekitar Jakarta telah banyak yang digunakan untuk pembangunan.
Ini pun mengurangi laju peresapan air. Karena air yang dapat meresap ke dalam
tanah berkurang, makin banyaklah air yang tinggal di atas permukaan tanah pada
waktu hujan. Bahaya banjir pun bertambah. Tidak mudahlah mengatasi masalah ini,
karena jalan, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan pemukiman tidak dapat
dibongkar lagi.
Sebagian rawa di daerah Jakarta, misalnya Pantai Indah
Kapuk, telah dibangun untuk permukiman dengan segala fasilitasnya. Pembangunan
rawa itu mengurangi daya retensi air, yaitu tempat penampungan air sebelum
mengalir ke laut. Jadi rawa itu semacam tempat “parkir” air sebelum mengalir ke
laut. Hilangnya situ-situ juga mengurangi daya tampung tempat “parkir” air.
Karena tempat “parkir”-nya berkurang, air itu mencari tempat lain untuk
“parkir”. Celakanya tempat “parkir” itu merupakan hunian, jalan dan tempat
bisnis. Untuk mengurangi bahaya banjir di tempat permukiman baru di bekas rawa
itu, air dipompa. Air yang dipompa itu mencari tempat untuk mengalir atau
“parkir”. Dengan lain perkataan air pompaan itu menambah volume banjir di
tempat lain.
Jakarta mengalami keamblesan, yaitu permukaan tanah
ambles atau turun. Banyak orang berpendapat keamblesan itu disebabkan oleh
terlalu banyaknya disedot air tanah. Sebagian lagi menyatakan bahwa keamblesan
itu adalah suatu peristiwa alamiah. Mungkin juga ada interaksi antara keduanya,
yaitu ada keamblesan alamiah yang dipercepat oleh adanya pembangunan. Apa pun
sebabnya, keamblesan itu menyebabkan letak Jakarta makin rendah terhadap
permukaan air sungai dan laut sehingga bahaya banjirnya bertambah. Untuk
mengurangi bahaya itu jalan dipertinggi. Misalnya, Jl. Thamrin telah
dipertinggi dan untuk beberapa tahun lamanya Jl. Thamrin bebas banjir sampai
kemudian pada hari Sabtu, 10 Februari, Jl. Thamrin kebanjiran lagi. Untuk
mengatasi ini Jl. Thamrin dapat dipertinggi lagi. Dengan tindakan ini Jl.
Thamrin untuk beberapa tahun yang akan datang akan bebas banjir. Tetapi
sementara itu air akan mencari jalan lain. Jadi dengan mempertinggi Jl. Thamrin
itu bahaya banjir di daerah lain meningkat. Untuk mengurangi bahaya ini, dapat
juga tanggul disepanjang sungai lebih dipertinggi lagi atau/dan membuat saluran
banjir baru.
Daerah di bagian hulu DAS sungai yang mengalir di dan
di sekitar Jakarta mengalami pembangunan yang pesat. Pembangunan terbesar kita
dapatkan di DAS hulu Ciliwung yang nampak dengan jelas di daerah Puncak.
Perumahan telah makin merayap ke atas bukit-bukit dan makin sedikit terdapat
hutan dan belukar. Lereng yang curam pun tidak luput dari incaran pembangunan
vila-vila. Demikian pula di DAS hulu Cisadane terdapat pembangunan yang pesat.
Pembangunan perumahan yang mengurangi hutan dan
belukar menurunkan laju peresapan air ke dalam tanah sehingga air larian makin
besar. Padahal DAS hulu itu mempunyai curah hujan yang tinggi sehingga volume banjir
kiriman meningkat.
Kini makin banyak orang yang condong mempercayai bahwa pemanasan global mungkin
sekali telah mulai terjadi. Analisis data statistik suhu permukaan bumi
menunjukkan, dalam 100 tahun terakhir ini suhu permukaan bumi telah naik dengan
0.5 derajat Celsius. Seperti telah banyak diuraikan di surat kabar, pemanasan
global itu disebabkan oleh naiknya kadar gas rumah kaca (GRK) di dalam
atmosfer. GRK yang utama ialah CO2, CFC dan metan. Pemantauan menunjukkan bahwa
kadar gas-gas ini di atmosfer memang menunjukkan gejala untuk terus meningkat.
Dampak pemanasan global ialah berubahnya iklim dan naiknya permukaan laut.
Perubahan iklim berupa, antara lain, musim hujan dan kemarau yang tidak
menentu, perubahan curah hujan dan meningkatnya intensitas badai. Akhir-akhir
ini iklim nampaknya menjadi kacau. Gelombang panas melanda Amerika Serikat
disusul oleh badai salju yang abnormal. Banjir besar mengamuk di Amerika
Serikat, Cina dan tempat lain. Salah satu prakiraan perubahan iklim ialah akan
naiknya curah hujan di daerah Asia Tenggara. Jika ini benar terjadi,
kemungkinan terjadinya curah hujan yang besar di Jakarta dan DAS hulu akan
meningkat sehingga banjir yang lebih besar tak dapat dielakkan lagi.
Kenaikan permukaan laut berarti letak Jakarta relatif terhadap permukaan laut
akan turun sehingga bahaya banjir juga meningkat.
Jika benar telah terjadi pemanasan global, tak
banyaklah yang dapat kita perbuat untuk menghentikan proses itu. Usaha
internasional seperti tertera dalam Konvensi Perubahan Iklim yang dihasilkan
dalam KTT Bumi di Rio-lah yang diperlukan untuk mengurangi laju pemanasan
global.
URAIAN di atas menunjukkan, banjir di Jakarta
merupakan masalah yang kompleks. Dari segi geografis Jakarta adalah rentan
banjir. Jika pada suatu ketika terjadi kombinasi faktor air laut pasang, curah
hujan lokal tinggi dan dibarengi curah hujan di DAS hulu yang tinggi juga, akan
terjadilah banjir besar. Semua faktor menunjukkan dipercepat sehingga tekanan
pembangunan terhadap Jakarta berkurang dan dengan demikian laju pertumbuhannya
menurun. Pembangunan kota perdagangan, industri dan pasar modal, termasuk
sistem perizinan, di luar Jakarta, seperti Surabaya, Medan dan Ujungpandang,
lebih digalakkan sehingga orang tidak perlu ke Jakarta untuk mengembangkan bisnisnya.
Bahkan bisnis di luar Jakarta harus lebih besar daripada di Jakarta.
Bukalah kesempatan selebar-lebarnya agar modal mencari
tempat yang lebih menguntungkan daripada di Jakarta. Dengan berkurangnya tekan
pembangunan terhadap Jakarta, perambahan jalur hijau, rawa dan situ tempat
“parkir” air dan pembangunan di DAS hulu sungai-sungai akan dapat terkendali.
Di Amerika Serikat, ibu kota negara bagian bukanlah
kota besar. Ibu kota negara bagian California, misalnya, bukanlah San Francisco
atau Los Angeles, melainkan Sacramento, sebuah kota kecil di sebelah utara San
Francisco. Karena itu tak apalah jika Jakarta menjadi lebih kecil daripada kota
lain.
Alternatif lain ialah memindahkan Ibu Kota. Dengan ini
pertumbuhan Jakarta diharapkan dapat dikurangi. Tentu bukan maksudnya untuk
membunuh Jakarta melainkan untuk membuat pembangunan di Jakarta menjadi
terkendali. Tetapi pemindahan Ibu Kota tanpa desentralisasi akan memindahkan
masalah saja dan bukannya memecahkan masalah.
Alternatif-alternatif di atas ataupun alternatif lain mana pun yang akan
diambil, akan terasa sakit. Tetapi jika tidak diambil tindakan yang tegas,
Jakarta akan makin menderita. Hukum ekologi menunjukkan bahwa tak ada
pertumbuhan eksponesial yang berkelanjutan.
My comment
We do
as citizens jakarta. Dont blame another
,For example, a given IMB is in the conservation area of West Java. The build
of Jakarta. Both are guilty. We have been stuck in development is not
environmentally friendly. Do not also make the National Committee for Flood
Prevention. Later the money was gone for meetings, business travel, and
committee fees. We all already know what we must do. Take it to work correctly
or not.
First, preventive measures
to actually implement environmentally sound development IMB policy. We begin by
obeying the rules of the game. For example, if the building, do it with the correct.
Areas designated for conservation of water is not given IMB. Changes of green
land, including parks, buildings and parking should be prohibited. Groundwater
pumping in excess of or without the consent must be dealt with. DPR / DPRD must
also be firm. Do not just think about politics. Take effective monitoring. Take
the initiative to fix / make laws and local regulations to prevent and control
floods. Simple things you can do is to keep everyone got and do not throw
garbage in it. We all know this. But our discipline is very low.
Second, the corrective
action. Dredging of rivers and streams as well as normalization of
reforestation is required. It is expensive and unfortunately the result is not satisfied.its
cheap is making wells. All anyone can do it. Water running around can also be
reduced by harvesting rain, the rainwater for everyday purposes. Government
buildings, banks, hotels, and universities can do this by creating an
underground concrete tank. Households can use a plastic drum. The cumulative
impact of the harvest due to widespread rain will stop in Jakata reach hundreds
of hectares. With the rainfall rate and HH above, yields per hectare reached
175 cubic meters / HH. Multiply this by several hundred hectares of roof area
in Jakarta. This reduces flood water. After all, water harvesting will reduce
water shortages can be supplied by PDAM. So, lucky twice.
LSM have also need taken the initiative to demand
class-action to the cause of flooding. For example, the local government
demanded that gives undue IMB and the IMB building without. Either lost or won
in court, the impact will be positive. People be afraid to environmentally
friendly causes flooding.
Article 2
DAMPAK GLOBALISASI MEDIA TERHADAP MASYARAKAT DAN
BUDAYA INDONESIA
Abstract
Media
globalization do not know state boundarys. Indonesia is one of induced state
emerged of American and Europe magazine Indonesian version and also inudating
program display and record product without can be barricaded. How applying of
press constitutions and broadcast constitutions referring to this problem? How
government attitude? How its impact to Indonesian culture and society? Is there
any solution can you offer?
PERAN MEDIA MASSA
Peran media massa dalam kehidupan sosial, terutama dalam masyarakat modern
tidak ada yang menyangkal, menurut McQuail dalam bukunya Mass Communication
Theories (2000 : 66), ada enam perspektif dalam hal melihat peran media.
Pertama, melihat media massa seabagai window on event and experience. Media
dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang
terjadi di luar sana. Atau media merupakan sarana belajar untuk mengetahui
berbagai peristiwa.
Kedua, media juga sering dianggap sebagai a mirror of event in society and the
world, implying a faithful reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada di
masyarakat dan dunia, yang merefleksikan apa adanya. Karenanya para pengelola
media sering merasa tidak “bersalah” jika isi media penuh dengan kekerasan,
konflik, pornografi dan berbagai keburukan lain, karena memang menurut mereka
faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari suka atau
tidak suka. Padahal sesungguhnya, angle, arah dan framing dari isi yang
dianggap sebagai cermin realitas tersebut diputuskan oleh para profesional
media, dan khalayak tidak sepenuhnya bebas untuk mengetahui apa yang mereka
inginkan.
Ketiga, memandang media massa sebagai filter, atau gatekeeper yang menyeleksi
berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih issue,
informasi atau bentuk content yang lain berdasar standar para pengelolanya. Di
sini khalayak “dipilihkan” oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan
mendapat perhatian .
Keempat, media massa acapkali pula dipandang sebagai guide, penunjuk jalan atau
interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai
ketidakpastian, atau alternative yang beragam.
Kelima, melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai
informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkin terjadinya tanggapan
dan umpan balik.
Keenam, media massa sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat
berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan
terjadinya komunikasi interaktif.
Pendeknya, semua itu ingin menunjukkkan, peran media dalam kehidupan social
bukan sekedar sarana diversion, pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan
informasi yang disajikan, mempunyai peran yang signifikan dalam proses sosial.
Isi media massa merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga apa yang ada
di media massa akan mempengaruhi realitas subjektif pelaku interaksi sosial.
Gambaran tentang realitas yang dibentuk oleh isi media massa inilah yang
nantinya mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai objek sosial.
Informasi yang salah dari media massa akan memunculkan gambaran yang salah pula
terhadap objek sosial itu. Karenanya media massa dituntut menyampaikan
informasi secara akurat dan berkualitas. Kualitas informasi inilah yang
merupakan tuntutan etis dan moral penyajian media massa.
GLOBALISASI MEDIA
Bertolak dari besarnya peran media massa dalam mempengaruhi pemikiran
khalayaknya, tentulah perkembangan media massa di Indonesia pada massa akan
datang harus dipikirkan lagi. Apalagi menghadapi globalisasi media massa yang
tak terelakan lagi.
Globalisasi media massa merupakan proses yang secara nature terjadi,
sebagaimana jatuhnya sinar matahari, sebagaimana jatuhnya hujan atau meteor.
Pendekatan profesional menjadi kata kunci, masalah dasarnya mudah diterka. Pada
titik-titik tertentu, terjadi benturan antar budaya dari luar negeri yang tak
dikenal oleh bangsa Indonesia. Jadi kekhawatiran besar terasakan benar adanya
ancaman, serbuan, penaklukan, pelunturan karena nilai-nilai luhur dalam paham
kebangsaan.
Imbasnya adalah munculnya majalah-majalah Amerika dan Eropa versi Indonesia
seperti : Bazaar, Cosmopolitan, Spice, FHM (For Him Magazine), Good
Housekeeping, Trax dan sebagainya. Begitu pula membajirnya program-program
tayangan dan produk rekaman tanpa dapat dibendung.
Lantas bagaimana bagi negara berkembang seperti Indonesia menyikapi fenomena
transformasi media terhadap perilaku masyarakat dan budaya? Bukankah
globalisasi media dengan segala nilai yang dibawanya seperti lewat televisi,
radio, majalah, Koran, buku, film, vcd dan kini lewat internet sedikit banyak
akan berdampak pada kehidupan masyarakat?
Saat ini masyarakat Indonesia sedang mengalamai serbuan yang hebat dari
berbagai produk pornografi berupa tabloid, majalah, buku bacaan di media cetak,
televisi, radio dan terutama adalah peredaran bebas VCD. Baik yang datang dari
luar negeri maupun yang diproduksi sendiri. Walaupun media pornografis bukan
barang baru bagi Indonesia, namun tidak pernah dalam skala seluas sekarang.
Bahkan beberapa orang asing menganggap Indonesia sebagai “surga pornografi”
karena sangat mudahnya mendapatkan produk-produk pornografi dan harganya pun
murah.
Kebebasan pers yang muncul pada awal reformasi ternyata dimanfaatkan oleh
sebagian masyarakat yang tidak bertanggungjawab, untuk menerbitkan
produk-produk pornografi. Mereka menganggap pers mempunyai kemerdekaan yang
dijamin sebagai hak asasi warga Negara dan tidak dikenakan penyensoran serta
pembredelan. Padahal dalam Undang-Undang Pers No. 40 tahun 1999 itu sendiri,
mencantumkan bahwa pers berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan
menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat (pasal 5 ayat 1).
Dalam media audio-visualpun, ada Undang-undang yang secara spesifik mengatur
pornografi, yaitu Undang-undang Perfilman dan Undang-undang Penyiaran. Dalam UU
Perfilman 1992 pasal 33 dinyatakan bahwa setiap film dan reklame film yang akan
diedarkan atau dipertunjukkkan di Indonesia, wajib sensor terlebih dahulu.
Pasal 19 dari UU ini menyebutkan bahwa LSF (Lembaga Sensor Film) harus menolak
sebuah film yang menonjolkan adegan seks lebih dari 50 % jam tayang. Dalam UU
Penyiaran pasal 36 dinyatakan bahwa isi siaran televisi dan radio dilarang
menonjolkan unsur cabul (ayat 5) dan dilarang merendahkan, melecehkan dan/atau
mengabaikan nilai-nilai agama dan martabat manusia Indonesia (ayat 6).
Globalisasi pada hakikatnya ternyata telah membawa nuansa budaya dan nilai yang
mempengaruhi selera dan gaya hidup masyarakat. Melalui media yang kian terbuka
dan terjangkau, masyarakat menerima berbagai informasi tentang peradaban baru
yang datang dari seluruh penjuru dunia. Padahal, kita menyadari belum semua
warga negara mampu menilai sampai dimana kita sebagai bangsa berada. Begitulah,
misalnya, banjir informasi dan budaya baru yang dibawa media tak jarang teramat
asing dari sikap hidup dan norma yang berlaku. Terutama masalah pornografi,
dimana sekarang wanita-wanita Indonesia sangat terpengaruh oleh trend mode dari
Amerika dan Eropa yang dalam berbusana cenderung minim, kemudian ditiru
habis-habisan. Sehingga kalau kita berjalan-jalan di mal atau tempat publik
sangat mudah menemui wanita Indonesia yang berpakaian serba minim mengumbar
aurat. Di mana budaya itu sangat bertentangan dengan norma yang ada di
Indonesia. Belum lagi maraknya kehidupan free sex di kalangan remaja masa kini.
Terbukti dengan adanya video porno yang pemerannya adalah orang-orang
Indonesia.
Di sini pemerintah dituntut untuk bersikap aktif tidak masa bodoh melihat
perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia. Menghimbau dan kalau perlu
melarang berbagai sepak terjang masyarakt yang berperilaku tidak semestinya.
Misalnya ketika Presiden Susilo Bambang Yudoyono, menyarankan agar televisi
tidak menayangkan goyang erotis dengan puser atau perut kelihatan. Ternyata
dampaknya cukup terasa, banyak televisi yang akhirnya tidak menayangkan para
artis yang berpakaian minim.
Melalui
media massa pun, kita dapat membangun opini publik, karena media mempunyai
kekuatan mengkonstruksi masyarakat. Misalnya melalui pemberitaan tentang dampak
negatif pornografi, komentar para ahli dan tokok-tokoh masyarakat yang anti
pornografi atau anti media pornografi serta tulisan-tulisan, gambar dan surat
pembaca yang berisikan realitas yang dihadapi masyarakat dengan maraknya
pornografi, maka media dapat dengan cepat mengkonstrusikan masyarakat secara
luas karena jangkauannya yang jauh.
Dalam masyarakat terutama di daerah pedesaan, dikenal adanya opinion leader
atau pemuka pendapat. Mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
untuk bertindak laku dalam cara-cara tertentu. Menurut Rogers (1983), pemuka
pendapat memainkan peranan penting dalam penyebaran informasi. Melalui hubungan
sosial yang intim, para pemuka pendapat berperan menyampaikan pesanpesan,
ide-ide dan informasi-informasi baru kepada masyarakat. Melalui pemuka pendapat
seperti tokoh agama, sesepuh desa, kepala desa, pesan-pesan tentang bahaya
media pornografi dapat disampaikan.
Tapi yang lebih penting lagi adalah ketegasan pemerintah dalam menerapkan hukum
baik Undang-Undang Pers, Undang-undang Perfilman dan Undang-Undang Penyiaran
secara tegas dan konsiten di samping tentu saja partisipasi dari masyarakat
untuk bersam-sama mencegah dampak buruk dari globalisasi media yang kalau
dibiarkan bisa menghancurkan negeri ini.
My comment
Indonesia is
now pop up in media institutions are hard to watch the press in response to the
growing proliferation of publications that can be called "yellow
press", "Massen Preese" and "Geschaft Presse".
Through the mass media too, we can build public opinion, because the media has
the power to construct the community. For example, through the preaching about
the negative effects of pornography, the comments of the experts and community
leaders who tokok anti-pornography or anti-pornography and media writings,
drawings and letters containing the realities faced by people with rampant
pornography, the media can quickly spurred community due to a much broader
scope.
In the community, especially in rural areas, known as the opinion leaders or
opinion leaders. They have the ability to influence others to act behavior in
certain ways. According to Rogers (1983), opinion leaders play an important
role in the dissemination of information. Through the intimate social
relationships, the role opinion leaders expressed pesanpesan, ideas and new
information to the public. Through opinion leaders such as religious leaders,
village elders, village heads, the messages about the dangers of pornography
media can be delivered.
But more important is the government's firmness in applying the law of both the
Press Law, the Law on Film and Broadcasting Act explicitly and konsiten in
addition of course the participation of the community to bersam both prevent
the adverse effects of media globalization that if left can destroy this
country.
Article 3
Tetaplah
bergerak maju, sekalipun lambat. Karena dalam, keadaan tetap bergerak, anda menciptakan
kemajuan. Adalah jauh lebih baik bergerak maju, sekalipun pelan, daripada tidak
bergerak sama sekali.
MASALAH
adalah TANTANGAN tuk Maju
Bila anda
menganggap masalah sebagai beban, anda mungkin akan menghindarinya. Bila anda
menganggap masalah sebagai tantangan, anda mungkin akan menghadapinya. Namun,
masalah dalah hadiah yang dapat anda terima dengan suka cita. Dengan pandangan
tajam, anda melihat keberhasilan dibalik setiap masalah.
Masalah
adalah anak tangga menuju kekuatan yang lebih tinggi. Maka, hadapilah dan
ubahlah menjadi kekuatan untuk sukses anda. Tanpa masalah, anda tak layak
memasuki jalur keberhasilan. Bahkan hidup ini pun masalah, karena itu terimalah
sebagai hadiah.
Hadiah
terbesar yang dapat diberikan oleh induk elang pada anak-anaknya bukanlah
serpihan-serpihan makanan pagi. Bukan pula, eraman hangat di malam-malam yang
dingin. Namun, ketika mereka melempar anak-anak itu dari tebing yang tinggi.
Detik pertama anak-anak elang itu menganggap induk mereka sungguh keterlaluan,
menjerit ketakutan, matilah aku! Sesaat kemudian, bukan kematian yang kita
terima, namun kesejatian diri sebagai elang, yaitu terbang. Bila anda tak
berani mengatasi masalah, anda tak akan menjadi seseorang yang sejati.
Mutiara Kata
:
Keberhasilan
tidak diukur dengan apa yang telah anda raih, namun kegagalan yang telah anda
hadapi, dan keberanian yang membuat anda tetap berjuang melawan rintangan yang
bertubi-tubi.
Apa yang
anda raih sekarang adalah hasil dari usaha-usaha kecil yang anda lakukan terus
menerus. Keberhasilan bukan sesuatu yang turun begitu saja. Bila anda yakin
pada tujuan dan jalan anda, maka anda harus memiliki ketekunan untuk berusaha.
Ketekunan adalah kemampuan anda untuk bertahan di tengah tekanan yang dan
kesulitan. Jangan hanya berhenti pada langkah pertama!
Yang
memisahkan perahu dengan pantai harapan adalah topan badai, gelombang dan batu
karang. Yang memisahkan anda dengan keberhasilan adalah msalah yang menantang.
Disitulah tanda kesejatian teruji. Hakikatnya perahu adalah berlayar menembus
segala rintangan. Hakikat diri anda adalah berkarya menemukan kebahagiaan.
Jangan
terkecoh dengan keberhasilan seseorang. Di balik kejayaan selalu ada jalan
panjang yang berisikan catatan perjauangan dan pengorbanan. Keringat dan
kepayahan. Tak ada jalan pintas untuk sebuah kesuksesan. Bila anda terpesona
pada kenyamanan yang diberikan oleh kesuksesan, anda bisa lupa dari keharusan
untuk berupaya. Namun bila anda terkagum pada ketegaran seseoarang dalam
berusaha, anda akan menyerap energi kekuatan, keberanian dan kesabaran. Tak ada
harga diskon untuk sebuah keberhasilan. Ada harga yang harus dibayar untuk
meraih keberhasilan itu. Berusahalah terus!
Mulailah
dengan hal kecil, dan jangan berhenti. Bertumbuhlah, belajarlah, dan kembangkan
pencapaian anda. Sukses bukan dicapai oleh orang yang memulai dengan hal yang
besar, tetapi oleh orang yang memelihara momentumnya dalam waktu yang cukup
panjang, hingga pekerjaannya menjadi karya besar.
Apapun yang
anda lakukan, lakukanlah dengan kebaikan hati. Keberhasilan bukan semata-mata
karena kekuatan otot dan ketajaman pikiran. Anda perlu bertindak dengan
kelembutan hati. Sukses tidak selalu dibangun di atas upaya sendiri. Di balik
semua pencapaian terselip pengorbanan orang lain. Hanya bila anda melakukannya
dengan kebaikan hati, siapapun rela berkorban untuk keberhasilan anda.
Seorang
bijak berujar. “Bila busur anda patah dan anak panah penghabisan telah
dilontarkan, tetaplah membidik. Bidiklah dengan seluruh hatimu.” Semua tindakan
anda bagaikan bumerang yang akan kembali pada anda. Bila anda melempar dengan
baik, ia akan kembali dalam tangkapan anda. Namun, bila anda ceroboh
melemparkannya, ia akan datang untuk melukai anda. Renungkan bagaimana tindakan
anda sekarang ini. Lakukan segala semuanya dengan tulus dan penuh kasih sayang.
Tiada yang lebih manis daripada memetik buah atas kebaikan yang anda lakukan.
My comment
I think in life we cannot escape the problem. that issue as a lesson for
our lives to be more mature, if no lessons we will not learn, if no process
then we will not be formed more adult, terjadang way God firmly in educating
our mendewasakan us.Keep moving forward, even if it is slow because it's in a
State of remained immobile, you create progress is far better move forward,
albeit slowly, rather than not moving at all. Whatever you do, do it with
kindness. Success is not solely due to muscle strength and sharpness of mind.
You need to act with the tenderness of the liver. Success is not always built
on its own efforts. Behind all the achievement of other people's sacrifices.
tucked Only when you do it with kindness, anyone will to sacrifice for your
success.
Article 4
Menjadi Sarjana
Hingga saat ini menjadi sarjana mungkin masih manjadi
dambaan dan harapan bagi sebagian besar orang, tentu dengan alasan dan
motif yang beragam, mulai dari motif yang bersifat naif-pragmatis hingga
motif altruistik-idealis. Dalam hal ini, motif naif-pragmatis bisa dimaknai
sebagai dorongan yang lebih tertuju kepada kepentingan pribadi, misalnya untuk
menjadi kaya-raya, atau mendapat kedudukan dalam jabatan, melalui upaya dan
tindakan yang menghalalkan segala cara. Sementara motif altruistik-idealis
dapat dipahami sebagai motif yang didasari untuk melayani dan memberikan
manfaat bagi orang lain, melalui upaya belajar keras dan penuh kesungguhan.
Sarjana adalah gelar akademik yang diberikan kepada lulusan
program pendidikan sarjana (S-1). Untuk memperoleh gelar sarjana, secara
normatif dibutuhkan waktu perkuliahan selama 4-6 tahun atau telah
menempuh perkuliahan dengan jumlah SKS sebanyak 140-160. Jika seseorang sudah
dinyatakan lulus oleh sebuah perguruan tinggi, maka dia berhak menyandang gelar
sarjana.
Hingga era akhir 70-an, keberadaan sarjana
boleh dikatakan tergolong makhluk langka di bumi Indonesia, mungkin karena pada
waktu itu jumlah perguruan tinggi (negeri maupun swasta) di Indonesia
masih relatif terbatas. Namun seiring dengan semakin diperluasnya jumlah
program studi dan terus berkembangnya jumlah perguruan tinggi hingga ke
pelosok-pelosok daerah, maka jumlah sarjana Indonesia pun semakin bertebaran,
dengan bidang keahlian yang beragam.
Sebelum tahun 1993, sebutan gelar sarjana di
Indonesia masih bisa dihitung dengan jari, sebut saja misalnya: Drs., Dra, Ir.,
atau SH. Namun sejak tahun 1993 (Keputusan Mendikbud No. 036/U/1993),
ketentuan sebutan gelar akademik menjadi lebih beragam,
disesuaikan dengan bidang keahlian masing-masing, (saat ini jumlahnya
hingga mencapai puluhan, saya pun tak kuasa untuk mengingatnya satu per
satu).
Belakangan ini sedang berkembang polemik terkait
dengan adanya Surat Edaran dari Dirjen Dikti No. 152/E/T/2012 tentang
kewajiban publikasi ilmiah dalam Jurnal sebagai syarat untuk lulus menjadi
sarjana. “Seorang sarjana harus memiliki kemampuan menulis secara ilmiah,
termasuk menguasai tata cara penulisan ilmiah yang baik”, demikian ungkap
Dirjen Dikti Kemdikbud, Djoko Santoso, ketika diwawancarai oleh Kompas.com. Walau
secara teknis, mungkin akan timbul berbagai persoalan dalam
mengimplementasikannya, tetapi secara pribadi pada dasarnya saya setuju dengan adanya ketentuan ini, dengan harapan
semoga dapat memperbaiki mutu sarjana kita, khususnya dalam mengembangkan
budaya intelektual, yang belakangan ini tampaknya cenderung memudar.
- Mampu
mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan IPTEKS pada bidangnya
dalam penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang
dihadapi.
- Menguasai
konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep
teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara mendalam,
serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural.
- Mampu
mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data,
dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi
secara mandiri dan kelompok.
- Bertanggung
jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas
pencapaian hasil kerja organisasi.
Memperhatikan ketentuan tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) tesebut, tampak bahwa seorang
sarjana sesungguhnya memiliki posisi yang relatif tinggi dalam struktur
masyarakat Indonesia, dilihat dari kapasitas keilmuan dan kompetensi yang
dimilikinya.
Dengan demikian kiranya cukup terang, sesungguhnya
sarjana bukanlah orang sembarangan dan bukan sembarangan orang. Kepadanya
dituntut untuk tersedia kapasitas kognitif tingkat tinggi serta memiliki
tanggung jawab yang tidak hanya pada dirinya dan lingkungan dimana dia berada,
tetapi juga memikul tanggung jawab yang hakiki yaitu kepada Sang Khalik
My Comment
If I according
academician degree holder categorized as Office engineer or analyst (not
categorised as an expert) that is on a level (level) 6 (six), with the
description of the above qualifications is good but it's best to get a college
degree required could create jobs itself and others at least 5 people. So there
are no unemployed Scholars, even no more scholars who are seeking work but gave
his graduate course work if looking for work how to graduates of elementary,
junior high, high school, etc. And scholars to be immoral, so if has already become
an important person such as officials, members of Parliament etc, if proven
guilty in court should be dethroned. So the responsibility heavier and not
origin so any scholar. In point of fack, scholars are not indiscriminate and is
not a vain person. Him sued for a high degree of cognitive capacity available
as well as have a responsibility not only to himself and the environment in
which he is located, but also carry on the shoulders the essential, namely to
the God.
Article 5
Pakaian Wanita - Banyak
wanita karier tak menyadari kesalahan mereka dalam berbusana saat pergi ke
kantor untuk bekerja. Meskipun tampak sepele, salah mengenakan Pakaian
Wanita dapat membuat kita terlupakan atau batal mendapat promosi jabatan.
Berikut beberapa pakaian yang harus dihindari untuk dipakai saat bekerja:
1. Atasan yang terlalu terbuka.
Mengenakan busana yang terlalu terbuka atau terlalu seksi adalah kesalahan
paling fatal dalam daftar ini. Pasalnya, penelitian menunjukkan wanita yang
berpakaian terlalu seksi dalam lingkungan profesional biasanya lebih sering
dilupakan untuk promosi jabatan. Jika ingin maju, lupakan atasan yang terlalu
terbuka.
2. Rok yang terlalu mini.
Mengenakan rok yang terlalu pendek mengesankan Anda sedang berusaha menutupi
kekurangan di bidang lain. Ahli etika Barbara Pachter mengatakan bahwa lutut
adalah bagian yang sangat visual. Perhatian orang lain akan lebih mudah
terfokus pada lutut dibandingkan dengan wajah Anda. Simpan rok mini Anda untuk
acara lainnya dan kenakan rok nyaman yang tak terlalu memperlihatkan paha saat
bekerja.
3. Pakaian tembus pandang.
Bahan yang cocok dikenakan saat musim panas seperti organza memang terlihat
keren dan cantik. Tapi di bawah cahaya lampu ruang rapat, bahan tersebut akan
dengan jelas memperlihatkan bentuk kaki dan anggota tubuh yang lainnya. Solusi
terbaik adalah dengan menggunakan bahan-bahan transparan tersebut sebagai
kamisol untuk atasan. Jika jenisnya rok, lapisi dengan legging.
4. Aksesori yang terlalu berlebihan.
Di lokasi kerja, sedikit aksesori lebih baik. Perhiasan yang dipakai terlalu
berlebihan justru terkesan mencolok dan murahan. Tapi jika tetap ingin
mengenakan kalung yang sedikit “ramai”, pilihlah anting-anting yang sederhana
sebagai pasangannya.
5. Baju bertema pantai.
Contohnya adalah baju bercorak ramai dan cerah, menggunakan tali-temali
“spageti”, dan sandal jepit. Tak ada yang lebih membuat Anda terlihat tidak
profesional selain datang ke kantor dengan pakaian seperti itu. Mengenakan
penutup seperti pashmina, blazer atau cardigan sederhana akan membuat
penampilan terlihat lebih profesional. Sebaiknya pakaian bertema pantai
dihindari sama sekali.
6. Pakaian terlalu longgar atau sempit
Pakaian klasik bisa berubah menjadi buruk bila terlalu longgar atau terlalu
ketat. Pachter menyarankan untuk membeli pakaian yang bisa dirombak di toko.
Jika pakaian yang ada di lemari tak cocok karena berat badan Anda bertambah
atau berkurang, carilah tukang jahit terdekat. Kemudian sesuaikan pakaian itu
dengan ukuran badan Anda saat ini. Pakaian yang pas bisa mengubah Anda dari
yang terlihat tak rapi menjadi berkelas.
7. Memperlihatkan pakaian dalam.
Meskipun pakaian dalam Anda berbahan bagus dan mahal, tak ada alasan untuk
memamerkannya saat sedang bekerja. Banyak toko-toko, termasuk Victoria’s
Secret, yang memiliki staf terlatih untuk mengukur tubuh Anda dan membantu
mencarikan pakaian yang sesuai.
My
comment
I think in
this era many people / career women do not realize their mistake in a dress
when going to the office to work. Although it seems trivial, one woman wearing
clothes can make us forget or get promoted canceled. This is because the influx
of foreign culture into Indonesia, and Indonesian communities have not been
able to sort or select a positive or negative cultures, many of which opinion
after following the trend from the outside looks cool or follow fashion, we as
Indonesia women be able to maintain our culture who wear clothing that polite,
with attention to things that are not appropriate such as: boss is too open,
too mini skirts, see-through clothing, accessories that are too excessive,
beach-themed clothing, clothes are too loose or tight, revealing underwear.
smart in the selection of culture from the outside.